Kisah Melanie Perkins Pencipta Canva, Dulu Ditolak 100 Investor Kini Hartanya Rp100 Triliun
Melanie Perkins tak pernah menyangka bisa masuk jajaran orang terkaya di dunia. Wanita 35 tahun ini sukses menjadi salah satu CEO wanita termuda dari perusahaan rintisan yang memiliki harta lebih dari 1 miliar dollar AS, Bunda.
Kisah Melanie Perkins Pencipta Canva, Dulu Ditolak 100 Investor Kini Hartanya Rp100 Triliun© Disediakan oleh HaiBunda
Perkins merupakan pendiri Canva, platform atau aplikasi desain grafis dari Australia. Aplikasi Canva sudah digunakan lebih dari 60 juta pengguna.
Canva kini menjadi salah satu alternatif bagi orang yang masih awam menggunakan Adobe Express untuk desain grafis. Diluncurkan pada 2013 silam, Canva memiliki segudang fitur dan tools memudahkan dalam pembuatan desain.
Latar belakang Melanie Perkins
Dilansir dari berbagai sumber, Melanie Perkins lahir dan tumbuh di keluarga multikultural. Ayahnya berasal dari Malaysia, sementara sang Bunda berasal dari Australia. Kedua orang tuanya memiliki latar belakang di industri teknik dan pendidikan.
Perkins sudah memiliki jiwa wirausaha sejak dini. Sejak masih kecil, wanita kelahiran 1987 ini sudah memulai menjalankan bisnis.
Bisnis pertama Perkins dilakukan saat ia berusia 14 tahun. Saat itu, ia menjual syal buatan tangan di sekitar pasar Perth, Australia.
Perkins sekolah di Sacred Heart College. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di University of Western Australia, dengan mengambil jurusan komunikasi, psikologi, dan perdagangan.
Saat kuliah, Perkins aktif mengajar siswa desain komputer dasar sebagai bagian dari jurusannya. Dari situlah, ia mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan platform Canva.
Perkis merasa ingin mengembangkan aplikasi desain grafis yang lebih mudah dan efisien setelah melihat murid-muridnya berjuang untuk menggunakan Adobe Photoshop dan platform desain kompleks lainnya.
Jatuh bangun Perkins mendirikan Canva
Pada 2007, Perkins lalu mendirikan Fushion Books bersama Cliff Obrect, yang kini menjadi suaminya. Bunda perlu tahu, Fusion Books adalah platform yang memungkinkan siswa mendesain buku tahunan sekolah mereka sendiri dengan menggunakan alat drag-and-drop yang menampilkan berbagai template desain.
Kegigihan Perkins tak berakhir sampai Fushion Books tercipta. Ia kemudian mulai
terhubung dengan orang-orang di perguruan tinggi dan universitas untuk mendapatkan klien baru untuk bisnisnya.
Fusion Books pun mulai berkembang dan menjadi perusahaan buku tahunan terbesar di seluruh Australia. Namun, bisnisnya ini sempat mengalami kehabisan dana untuk berkembang.
Perkins dan Obrect lalu mencari bantuan dari pemodal ventura. Namun sayangnya, tidak ada pemodal yang setuju dan mau membantu bisnisnya, Bunda.
Nah, selama periode itu, Perkins dan Obrect akhirnya memutuskan mengganti nama Fushion Books menjadi Canva Inc. Keduanya kembali berjuang mencari investor kembali setelah berubah nama. Namun, perjuangan pasangan ini tidak mudah.